SELAMAT DATANG...

Selamat datang di blog pribadi saya...

Rabu, 01 April 2009

FOKUS; KEKUATAN DAHSYAT YANG TERLUPAKAN

Pembaca sekalian, apa reaksi anda ketika membaca judul yang saya tuliskan di atas? Mungkin akan banyak reaksi yang ditimbulkan ketika anda membaca judul yang sangat bombastis tersebut. Sengaja saya membuat judul sedemikian rupa karena saya sadar betul dengan kekuatan dari fokus tersebut.
Sebagai contoh sederhana berapa lamakah waktu yang diperlukan oleh sinar matahari yang menyinari bumi untuk bisa memercikkan api dan membakar suatu kertas yang kita jemur langsung di bawah sinar matahari. 1 jam, 2 jam atau 1 hari atau malahan sulit sekali. Lalu berapa lamakah waktu yang diperlukan jika kita memfokuskan cahaya matahari tersebut ke satu titik di kertas tersebut dengan menggunakan cermin cekung? (silahkan anda lakukan percobaan sendiri jika ingin jawaban pastinya he..he)
Anda mungkin pernah melakukan percobaan tersebut ketika masih duduk di bangku sekolah, dan waktu yang diperlukan dengan cara memfokuskan cahaya matahari pada satu titik di sebuah biasanya sekitar 3-5 menit. Atau dengan kata lain akan sangat jauh lebih efektif dari pada cahaya matahari yang tidak terfokus atau menyebar ke segala arah.
Ini mungkin salah satu alasan mengapa kita kurang berhasil atau lama atau bahkan gagal sama sekali dalam melakukan sesuatu. Salah satu alasannya adalah kita kurang fokus atau malahan tidak fokus sama sekali terhadap satu hal yang kita anggap penting. Pikiran kita terlalu banyak bercabang dan menyebar ke segala arah seperti contoh yang saya sebutkan di atas. Kita perlu menjaga fokus kita untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan sebagaimana cermin cekung yang menjaga agar cahaya matahari tetap jatuh di satu titik ( terousat atau fokus).
Lalu bagaimanakah cara untuk menggunakan ”kekuatan dahsyat” ini agar berguna bagi kehidupan kita? Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk melakukannya. Ada beberapa syarat yang saya rangkum dari beberapa buku, yang harus dilakukan antara lain :
SYARAT
1. Tentukan Tujuan atau Hal yang Diinginkan / dicapai
Salah satu hal yang sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan orang adalah menentukan apa yang menjadi keinginannya atau menentukan tujuannya dalam hidup ini. Kalaupun mereka dapat menentukan atau mengatakannya biasanya mereka lebih cenderung kepada hal-hal yang tidak mereka inginkan. Misalnya tidak ingin ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, tidak ingin mendapatkan musibah, tidak ingin banyak utang, tidak ingin punya masalah dan berbagai hal lainnya yang pada umumnya hanya berkutat pada hal-hal yang tidak inginkan saja. Bukan menginginkan sebaliknya. Tanpa kita sadari atau tidak kita telah menghabiskan sebagian besar waktu dan hidup kita hanya utnuk memikirkan hal-hal yang tidak kita inginkan saja. Hal tersebut tidak akan pernah dapat mengubah kondisi dan keadaan kita ke arah yang lebih baik tetapi malah sebaliknya akan semakin ”menggiring” kita untuk menuju kondisi atau ke keadaan yang tidak harapkan.

Secara bahasa mungkin tidak ada bedanya antara kata ” tidak ingin hidup miskin” dengan kata ”ingin kaya raya”. Karena secara bahasa jika kita mengatakan tidak ingin hidup miskin maka berarti kita ingin hidup dalam kondisi sebaliknya, yaitu kehidupan yang kaya raya. selain dalam bahasa kata yang diproses atau dilihat adalah apa yang pertama yaitu kata ”tidak” barulah diikuti dengan kata ”hidup miskin” Tetapi sistem penterjemahan bahasa dengan cara kerja pikiran agak sedikit berbeda. Jika kita mengatakan tidak ingin hidup miskin maka salah hal yang diproses oleh pikiran pertama kali adalah tentang kata ”hidup miskin”. Pikiran kita akan mengambil file-file di dalam lapisan memori kita tentang gambaran dan kondisi “hidup miskin”. Barulah setelah jelas gambaran dan pencitraan yang muncul tentang “hidup miskin” barulah pikiran memproses kata “tidak ingin”. Tetapi yang jadi masalah adalah bahwa pikiran bekerja dengan menggunakan objek yang dapat dirasakan, dilihat dan didengar saja. Dengan kata lain ”objeknya harus jelas”. Sedangkan kata ”tidak ingin” objeknya tidak ”jelas” karena tidak dapat ditemukan gambaran dan citranya oleh pikiran kita. Akibatnya bukan malah mendapatkan kekayaan seperti yang kita inginkan tetapi malah sebaliknya kemiskinanlah yang akan kita dapat karena ”harapan dan keinginan” kita yang salah. Hal ini akan lebih terlihat lagi efeknya jika menyertai dengan dorongan emosi yang kuat dan inten. Dan biasanya hal itulah yang sering terjadi.
Dengan kata lain agar kita tidak mendapatkan keinginan yang salah maka tentukanlah hal yang benar-benar kita inginkan. Jika kita menginginkan kekayaan maka kita harus mengatakan bahwa kita ingin hidup kaya, jika tidak ingin ditinggalkan orang yang kita cintainya maka katakanlah bahwa kita ingin mempunyai hubungan yagn baik dan langgeng dengan kekasih kita bukan malah sebaliknya.

Intinya adalah kita mendapatkan apa yang menjadi fokus kita bukan apa yang menjadi keinginan kita.

2. Letakkan Fokus dan perhatian anda Hanya pada tujuan dan Keinginan anda.
Langkah selanjutnya yang harus kita lakukan setelah membuat dan menentukan tujuan yang benar adalah dengan tetap mempertahankan dan fokus pada tujuan dan keinginan tersebut sampai apa yang menjadi tujuan dan kinginan tersebut tercapai. Hal ini biasanya yang agak ”sulit” dilakukan. Karena pikiran kita telah ”terbiasa ” disibukkan oleh hal-hal terjadi dan menimpa kehidupan kita sehari-hari. Kita sudah ”terlatih” untuk cepat menerima dan merespon semua hal tanpa filter, apakah hal tersebut memang perlu untuk diberi tanggapan atau malah tidak usah kita pedulikan karena tidak berguna untuk diri kita. Hal inilah biasanya yang menjadi mental block untuk mencapai tujuan dan kinginan yang telah kita buat sebelumnya.

Lalu bagaimana caranya untuk tetap dapat fokus? Yang pertama kali harus dilakukan ketika ketika menerima dan mendapatkan sesuatu hal, berilah waktu beberapa detik untuk menenangkan diri, jangan terlalu cepat menanggapinya. Hal ini untuk memberikan waktu kepada pikiran kita untuk menerjemahkan hal tersebut apakah memang berguna atau tidak kalau tidak berguan ..ya dibuang saja.
Misalnya, ketika sesorang menertawakan keinginan dan mencerca keinginan kita, jangan terlalu cepat menanggapinya. Tetapi berikanlah waktu untuk berpikir sejenak. Lakukan dialog diri dan buat pertanyaan-pertanyaan untuk memfilternya. Misalnya, ”dia berlaku begitu mungkin karena aku kurang serius dan giat mencapai tujuanku kalau begitu akau harus lebih giat lagi berusaha, dia begitu mungkin belum tahu kemampuanku, baiklah aku akn terus belajar dan meningkatkan kapasitasku” dan lain sebagainya yang sifatnya membangun bukan malah sebaliknya dengan serta merta merespon dan menanggapinya dengan hal yang negatif. ”oh.. mungkin dia memang benar aku memang nggak mampu mencapai tujuanku”, yang akhirnya membuat putus asa dan gagal mencapai tujuan.
Intinya adalah jangan terfokus pada masalah tapi fokuslah pada tujuan.

3. Sisipkan emosi positif pada tujuan tersebut
emosi adalah salah faktor utnuk mempercepat ”terkabulnya” tujuan kita. Dengan menempatkan dan menyisipkan emosi yang benar akan menjadi suatu akselerator tercapainya kinginan kita. Dengan tetap selalu fokus pada tujuan dan kinginan pikirkanlah sesuatu hal yang mendorong kita untuk tetap melakukan dan mencapai apa yang menjadi tujuan dan keinginan kita. Misalnya pikirkanlah orang-orang yang kita cintai disekitar kita. Pikirkanlah bahwa kita melakukan hal ini semata-mata untuk menyenangkan dan membahagiakan mereka sehingga kita kan tetap berusaha keras tidak peduli apapun rintangan dan hambatannya. Renungilah selalu mengapa kita harus mencapai impian tersebut. Temukanlah alasannya yang akan membuat kita tetap bersemangat dan bergairah dalam mencapainya hal ini akan membantu kita untuk tetap fokus dan tetap pada ”jalan yang benar” untuk mencapai tujuan dan keinginan kita.

Inilah beberapa syarat yang dapat kita lakukan untuk dapat menggunakan ”kekuatan dahsyat” yang hampir terlupakan itu. Sebagian orang mungkin mempercayainya dan sedikit juga yang tidak. Karena seperti saya katakan diatas kita telah ”terbiasa dan terlatih” untuk merespon sesuatu hal dengan tanggapan yang akhirnya malah akan merugikan diri kita sendiri.

EKO WAHYUDI PUTRA CHT MCH

Hidup adalah pilihan

Hidup adalah pilihan. Sadar atau tida sadar, suka atau tidak suka, rela ataupun terpaksa kita telah menentukan pilihan. Lalu kalau begitu bagaimana dengan orang yang hidup miskin? Apakah iya.. ada orang yang memilih untuk hidup miskin? Bukannya kalau bisa memilih pasti mereka tidak akan memilih hidup miskin. Mereka pasti akan memilih hidup kaya. Sederhana saja jawabnya tidak ada orang yang mau hidup miskin apalagi harus bersusah payah dan menderita. Tapi itu adalah hasil dari pilihan mereka baik di masa yang lalu maupun sekarang. Mengapa saya katakan hasil dari pilihan di masa lalu dan masa sekarang? Hasil dari pilihan masa lalu adalah bagaimana anda memilih untuk menghabiskan waktu di masa lalu. Bagaimana anda bertindak, apakah yang anda lakukan di masa lalu dikondisikan oleh keadaan atau anda bertindak sesuai dengan apa yang anda cita-citakan ? lalu dengan pilihan di masa sekarang apakah ketika anda sudah menyadari kondisi anda yang sekarang apakah anda tetap ”menerima” pasrah begitu saja ataukah anda punya keinginan yang kuat untuk merubah hidup anda lebih baik lagi.

Lalu kalau begitu dimana proses pemilihannya? Proses pemilihannya adalah ketika anda sadar dengan kondisi sekarang, anda hidup miskin misalnya, apakah anda tetap memilih untuk hidup dalam keadaan seperti itu. Ataukah anda punya tekad untuk berubah ke luar dari lembah kemiskinan itu.

Yaa.. banyak sekali orang yang enggan berpikir tentang hal ini. Karena jika mereka memilih keluar untuk meninggalkan kehidupan”nyaman ” mereka yang tetap susah, miskin dan menderita maka mereka akan berhadapan dengan apa-apa yang sangat dikhawatirkan mereka yaitu takut gagal, diejek oleh kawan kerabat, lebih menderita lagi karena harus bekerja lebih keras lagi, tidak tahu harus melakukan apa, tidak cukup ilmu dan modal dan segudang alasan lain yang akan mengaktifkan program bawah sadar mereka bahwa mereka memang ”layak” dan ”harus” hidup miskin. Ditambah lagi dari penerawangan atau peramalan dari mereka-mereka yang mengaku mengetahui masa depan bahwa memang mereka dari sononya ditakdirkan emang hidup miskin, susah plus menderita. Jadi gak usah berpikiran macam-macamlah. Biarkan air tetap mengalir apa adanya nggak usah menentang arus. Wah..kalau sudah begini semakin repot aja urusannya. Iya betul biarkan air mengalir apa adanya, lah..kalau airnya keruh apa iya kita tetap disitu aja? Gak mau membersihkannya?

Hidup adalah pilihan. Apa yang kita terima hari ini merupakan pilihan atas keputusan dan tindakan yang kita ambil di masa lalu. Lalu kalu begitu kita bisa dong, untuk menentukan pilihan hidup kita di masa datang agar sesuai dengan apa yang kita impikan dan cita-citakan selama ini. Jawabnya bisa iya, bisa juga tidak. Loh kok gitu? Iya ,kalau kita setelah menentukan pilihan yang kita buat untuk di masa datang kita bertanggungjawab atas pilihan kita tersebut.

Maksudnya? Ya kita mau bertanggungjawab untuk mengadakan follow up atas pilihan kita. Artinya kita bersedia untuk menginvestasikan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk mencapai apa yang telah menjadi pilihan kita tersebut. Kita bersedia untuk keluar dari zona”nyaman” kita untuk menjemput pilihan tersebut. Akan ada banyak petualangan dan perjuangn serta pengorbanan yang dituntut untuk mencapai pilihan tersebut. Hal inilah yang bagi kebanyakan orang menjadi alasan tidak mau atau enggan untuk memilih apa yang telah menjadi pilihannya.

Artinya mereka-mereka yang mengaku hidup dalam kemiskinan dan kesusahan seumur hidup sebenarnya mereka punya pilihan untuk keluar dari dari keadaan atau kondisi tersebut. Tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk mewujudkanya. Mereka adalah orang-orang yang tidak ”bertanggungjawab” terhadap apa yang sudah menjadi pilihan mereka untuk kehidupan yang lebih baik lagi

Lalu bagaimana dengan takdir. Bukankah setiap manusia sudah ditentukan takdirnya. Lalu bagaimana dengan hidup adalah pilihan. Dan kalau kita ditakdirkan hidup miskin, susah dan menderita trus kita ngotot untuk berusaha jadi kaya, bukankah itu perbuatan melanggar takdir dan menentang apa yang ditetapkan Tuhan? Selain itu kita kan gak bisa melawan takdir Tuhan?
Wah, kalau sudah begini agak repot juga menjawabnya. Pertanyaan tersebut tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar? Maksudnya adalah kita harus menyamakan persepsi kita dahulu tentang takdir itu apa. Takdir adalah sepenuhnya rahasia Tuhan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui takdir atas dirinya. Manusia diperkenankan mengetahui takdir ketika takdir itu baru terjadi. Dengan kata lain atau agar lebih mudahnya adalah bahwa takdir adalah ketetapan tuhan yang TELAH TERJADI. Lalu bagaimana dengan yang akan terjadi? Apakah itu bukan takdir? Ok agak lebih meluasnya bahasannya. Ada perbedaan prinsip pemahaman kita sebagaimana manusia untuk memahami tentang takdir Tuhan. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan manusia. Benar secara keseluruhan takdir merupakan kejadian baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Dan hal ini hanya Tuhan saja yang tahu tentang takdir manusia yang akan datang. Manusia hanya tahu takdir yang sudah terjadi saja. Artinya apa, akan masih banyak peluang untuk terjadinya perubahan ”keadaan atau kondisi” manusia ke depan. Lantas mengapa kita berkata ”inilah adalah takdirku untuk hidup seperti”. Bukankah ini suatu bentuk kesombongan yang tidak beralasan untuk menghakimi kondisi di masa datang yang tidak ketahui ? bahkan secara tidak sadar kita telah mengaku bahwa kita adalah Tuhan karena memiliki keyakinan tentang takdir ke depan. Bukankah ini dosa besar yang sesungguhnya?

Selain itu ada garansi atau jaminan dari Tuhan sendiri tentang bagaimana memahaminya konsep takdir-Nya yang manusia manapun tidak dapat mengetahuinya kecuali orang yang diberi petunjuk. Yaitu bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib atau keadaan suatu kaum atau manusia sehingga manusia itu sendiri yang mengubahnya.(Ar Ra’du 11). Jadi sudah jelas bahwa kita memang tidak dapat mengubah takdir karena kita memang tidak mengetahui. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha bersungguh-sungguh mencapainya. Kalu toh akhirnya memang tidak tercapai ya tidak usah terlalu dpermasalahkan. Yang terpenting kita harus menikmati prosesnya. Bisa jadi apa yang menjadi pilihan kita bukanlah yang terbaik kita atau malahan akan menyebabkan kita celaka di masa depan. Tetapai yakinlah tetap akan ada hasil terbaik yang kita dapat jika kita dapat terus berusaha dan bersyukur.

EKO WAHYUDI PUTRA CHT MCH

MELIHAT DARI “KACA MATA” YANG LAIN

Beberapa waktu yang lalu saya mengisi acara di sebuah training pengkaderan dari suatu organisasi kemahasiswaan yang saya ikut aktif di dalamnya. Untuk memancing reaksi dari peserta agar dapat lebih terfokus pada materi yang akan disampaikan iseng-iseng saya memberikan sebuah ”ice breaker” . hal ini biasa kami lakukan manakala para peserta sudah mulai tidak fokus diakibatkan karena kelelahan, mengantuk, rasa bosan yang bersangatan dan karena alasan yang lain lagi.

Pada saat itu saya memegang sehelai kertas putih kosong yang bagian tengahnya saya beri tanda titik dengan spidol hitam agar dapat kelihatan. Lalu saya meminta reaksi dari para peserta yang berjumlah kurang lebih 20 orang untuk memberikan tanggapan dan pendapatnya tentang kertas putih yang saya pegang tersebut. Bermacam-macam tenggapan diberikan oleh para peserta. Ada yang memberikan jawaban serius tetapi tidak sedikit juga yang jawabannya melantur alias ”asbun” , asal bunyi saja. Tetapi yang penting adalah para peserta dapat kembali ke fokusnya, itulah jawaban saya menanggapi dari reaksi para peserta.

Beberapa hal yang menarik dari jawaban peserta yang ”serius” tentang ice breaker yang saya berikan adalah bahwa hampir sebagian besar mengatakan kalau kertas yagn saya pegang itu adalah setitik noda hitam di atas kertas yang putih plus dengan berbagai macam filosofi dari mereka.

Lalu apa ada yang salah dengan jawaban yang mereka berikan? Jawabannya adalah tidak. Selain untuk memancing reaksi dari para peserta agar dapat lebih fokus tujuan lain dari saya memberikan ice breaker itu adalah untuk melihat pola pikir dan sudut pandang peserta mengenai suatu masalah. Dan ternyata jawaban yang diberikan adalah relatif sama yaitu setitik hitam di atas kertas putih. lalu pertannyaan saya mengapa kita jarang atau bahkan tidak pernah memandang sesuatu dari dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, mengapa kita tidak katakan berjuta kumpulan titik putih dengan satu titik hitam. Mengapa saya katakan berjuta kumpulan titik putih karena pada dasarnya satu bidang warna pada suatu media (kertas misalnya) merupakan suatu kumpulan dari titik-titik putih yang saling merapat dan bersatu. Yang menjadi masalahnya adalah mengapa fokus kita lebih pada satu titik hitam yang kalau bisa dibilang tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah titik putihnya yang lebih banyak jumlah.

Pembaca sekalian. Mengapa saya membicarakan tentang masalah ini. Hal ini saya angkat dalam tema saya kali ini adalah karena hal tersebut banyak dan sering terjadi dalam kehidupan kita. Dan secara tidak sadar dalam menilai sesuatu misalnya apakah yang banyak atau sering kita lihat sisi kebaikannya atau malah sisi keburukannya? Sering kali kita memandang atau menilai seseorang lebih banyak berdasarkan kepada sisi gelapnya padahal bisa jadi mereka-mereka yang kita anggap buruk juga mempunyai sisi baik yang tidak kalah banyaknya. Seseorang yang selama ini kita kenal baik lalu tiba-tiba karena sesuatu hal melakukan sebuah kesalahan yang tidak hanya merugikan dirinya tetapi juga orang lain maka akan ”hilanglah” semua kebaikannya yang telah dibuatnya. Lalu kalau mereka bersalah apa tidak perlu dihukum dan harus dibebaskan karena kebaikan-kebaikan yang telah dibuatnya? Tidak demikian. Siapa yang bersalah dan melanggar batas-batas norma yang tetap harus dihukum sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya. Sudah cukup disitu saja. Jangan kita terlalu mempermasalahkannya ke depannya. Pada umumnya orang yang telah di cap bersalah oleh masyarakat dan setelah mengalami masa hukumannya maka tetap akan dianggap ”bersalah selamanya”. Hal secara psikologis akan membuat orang tersebut akan semakin sulit untuk ”berubah” ke arah yang lebih baik dan bisa jadi ia malah menjadi orang yang lebih buruk dan ”bersalah selamanya” karena tindakan dan pola pikir masyarakat yang membentuknya sedemikian rupa.

Pembaca yang budiman. Mengapa kita jarang atau enggan untuk ”menerima” atau memaafkan orang yang bersalah terutama kepada kita baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pernahkah kita menempatkan posisi kita di tempanya berada? Kalau kita berganti posisi dengannya apakah yang akan kita lakukan? Mengapa kita jarang atau tidak pernah mungkin mencoba untuk memandang dari sudut pandang yang berbeda mengenai suatu masalah dan mengenai seseorang.? Akan banyak sekali perbedaan yang kita rasakan ketika kita bena-benar berusaha untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Kita akan menemukan pengetahuan dan pemahaman baru yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan belajar untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda kita tentang suatu akan banyak dapat keuntungan yang bisa diperoleh antara lain kita akan menjadi pribadi yang lebih bersabar, pemaaf , tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu karena dilakukan dengan penuh ketenangan dan pemikiran yang matang dan mendalam. Selain itu keuntungan dan kebahagiaan terbesar yang bisa kita dapatkan adalah berupa ketentraman dan kelapangan hati dan jiwa karena kita telah mampu untuk ”menerima” dan mengikhlaskan semua yang terjadi.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dapat memahami sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ada banyak yang harus kita cermati dan kita pelajari. Tetapi dengan niat yang benar dan usaha yang sungguh-sungguh tidak ada yang tidak bisa dilakukan.

Eko wahyudi putra Cht MCH

MENGHADAPI KEGAGALAN DAN COBAAN HIDUP DENGAN SENYUMAN

ketika Tuhan akan memberikan

hadiah
kepada manusia, Ia akan membungkusnya dengan sebuah
masalah
. Semakin besar dan semakin tebal pembungkusnya maka semakin mahal dan semakin tinggi nilai hadiah di dalamnya

Pembaca yang budiman. Apakah yang kita rasakan ketika mendengar kata kegagalan dan cobaan? Pasti ada perasaan tidak enak atau kalau bisa jangan sampai kegagalan atau cobaan itu datang kepada diri kita sebab masing-masing dari kita pasti pernah yang mengalami yang namanya kegagalan dan cobaan dalam hidup.

Kegagalan itu dapat berupa karir yang tidak menanjak, mengalami kebangkrutan dalam bisnis yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Diputuskan atau ditinggalkan oleh orang yang sangat kita kasihi, atau mungkin cobaan yang lebih ekstrim seperti bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini yang mengahncurkan dan meluluhlantakan semua yang kita miliki bahkan mengambil orang-orang yang terdekat di sekitar kita. Hal tersebut tidak sedikit yang membuat kita stress, menderita dan putus asa. Yang lebih ekstrim lagi adalah menjadi pasien di rumah sakit jiwa bahkan ada yang nekad bunuh diri karena merasa habis sudah harapan dan cita-citannya. Apakah anda pernah mengalami salah satu hal di atas. Kalo pernah bagaimanakah cara anda menanggapinya?

Beberapa orang akan menganggap masalah atau cobaan adalah sebuah penghambat, artinya ketika ia menemui kedua hal tersebut maka ia akan langsung berhenti dan tidak mau melanjutkan usahanya lagi. Dengan kata lain ia mulai berputus asa.
Ada juga yang ketika mendapati kegagalan dan cobaan hidup mereka hanya berkeluh kesah dan bahkan tidak sedikit juga dari mereka yang mengutuk Tuhan dan takdir mereka. Mereka menyebut Tuhan tidak adil tanpa pernah mau mengambil hikmah dan pelajaran atas kegagalan dan cobaan yang mereka hadapi.

Tapi tidak sedikit juga dari orang-orang yang ketika mereka mendapatkan kegagalan dan musibah mereka masih bisa tetap bersyukur dan bahkan mereka mengganggap bahwa dengan adanya kegagalan dan cobaan hidup inilah mereka semakin terpacu dan tertantang untuk terus maju ke depan sambil mengevaluasi kesalahan di masa lalu dan memperbaikinya di masa yang akan datang. Mereka inilah cikal bakal orang-orang sukses yang mengubah wajah dunia dan menuliskan kisah hidup mereka dengan tinta emasnya.

Dalam lubuk sanubari yang paling dalam, mereka berkeyakinan bahwa ”setiap ujian adalah sarana untuk naik tingkatan” dan jika mereka bisa lulus ”ujian” tersebut maka mereka akan mendapatkan derajat atau posisi yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Pembaca sekalin, dari apa saya tuliskan di atas tergolong kelompok yang manakah diri kita? Semua hanya anda yang bisa menjawabnya. Mengutip salah satu kata-kata bijak yang pernah baca dan dengar ” segala sesuatu adalah netral sampai kita memberikan arti pada hal tersebut”. Artinya apa yang terjadi pada kita adalah atas pilihan kita dalam memaknai setiap kejadian dan peristiwa yang menimpa kita. Apakah kita memaknai setiap kegagalan dan cobaan hidup adalah bentuk ketidak adilan Tuhan atau malah kita menganggap dengan adanya kedua hal tersebut malahan adalah suatu bentuk kasih sayang dari Tuhan.

Karena salah satu hal yang saya pahami dan yakini adalah Tuhan pasti selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya dan setiap cobaan dan masalah yang diberikan-Nya pasti sudah terukur dengan kadar kemampuan kita. Apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut pandangan-Nya dan sebaliknya apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk juga dalam pandangan-Nya. Karena pengaetahuan kita sangat sedikit sedangkan Ia Maha Mengatahui.

Akan ada rahasia besar yang kita akan dapatkan ketika kita mau mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap apa yang terjadi baik itu kegagalan maupun keberhasilan. Alangkah bahagianya jika kita mau dan bersedia untuk menghadapi setiap kegagalan dan cobaan hidup dengan senyuman. Senyuman tanda ikhlas, senyuman tanda tawakkal dan senyuman sebagai simbol rasa optimis bahwa kita bisa keluar dari kesulitan ini dan bisa menjadi lebih baik dan yang terbaik di kemudian hari.

By : EKO WAHYUDI PUTRA CHT MCH

THE INSPIRATIONAL MOTIVATION

THE INSPIRATIONAL MOTIVATION


Mediocre teacher tells “ good teacher explains, superior teacher demonstrates and great teacher isnpires”. William A Award

“Find your inner voices and inspire other to find theirs”. Steven R Covey

Mengapa harus dengan inspirational motivation ( motivasi yang mendatangkan inspirasi atau ilham ). Mengapa tidak cukup dengan motivasi atau inspirasi saja? Adakah perbedaannya atau apa yang membuatnya berbeda?

Pembaca sekalian, sebelum saya memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, saya ingin menanyakan sesuatu kepada anda. Pernahkah anda mengikuti suatu acara seminar motivasi baik motivasi untuk peningkatan karir, prestasi akademik, peningkatan atau perubahan sikap dan prilaku ke arah yang lebih baik dan sebagainya? Apakah yang kira-kira anda rasakan saat itu? Apakah anda sangat bersemangat, penuh gairah, ”meledak-ledak”? Pada saat itu juga dan hari itu juga anda membuat sebuah ”keputusan besar” untuk melakukan perubahan, untuk meninggalkan semua kebiasaan negatif anda dan menggantinya dengan kebiasaan-kebiasaan positif, anda berjanji untuk menghancurkan dan meninggalkan semua hambatan dan rintangan yang menghalangi anda untuk sukses, anda mengatakan ”aku bisa, harus bisa, pasti bisa”. Apakah seperti itu yang anda rasakan? Yang menjadi pertanyaan, berapa lamakah ”perasaan ” tersebut dapat bertahan dalam pikiran dan keinginan anda? Seminggu, dua minggu atau sampai mencapai sebulan? Atau mungkin hanya satu atau dua hari saja ”perasaan” tersebut bertahan. Setelah itu anda kembali ”lupa” dan ”tidak peduli” lagi dengan janji dan keputusan besar yang anda buat beberapa waktu yang lalu. Anda kembali melakukan kebiasaan-kebiasaan anda yang lalu seolah-olah tidak ada terjadi apa-apa dengan diri anda. Lalu dimanakah ”perasaan” menggebu-gebu kemarin, kenapa hilang begitu saja tidak ada bekasnya sama sekali?

Pembaca sekalian, mungkin kita bertanya-tanya ”apa ada yang salah dengan diri kita?” sebentar kita punya semangat yang begitu luar biasa dan sebentar kemudian kita sudah ”lupa” dengan hal tersebut. Atau mungkin karena seminar motivasinya yang kurang ”mendukung” sehingga motivasi kita cepat hilang tak berbekas, baik karena pembicaranya yang kurang ”berkompeten” karena tidak mampu memotivasi peserta seminar atau karena ”pengkondisian” sarana dan prasarana seminar yang kurang mendukung?

Pembaca yang budiman. Secara garis besar motivasi dapat dibagi 2 yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intirinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah suatu motivasi yang didapatkan karena pengaruh dari luar diri seseorang. Motivasi seperti ini biasanya kita dapat melalui seminar-seminar motivasi, dukungan dari seseorang, membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri, mendengarkan kaset-kaset dan audio atau video yang berisikan materi-materi motivasi dan lain sebagainya. Motivasi seperti biasanya bersifat ”tidak tahan lama”. Walaupun pembicaranya adalah orang-orang yang sudah sangat terkenal dan ahli dalam bidangnya dan didukung dengan format seminar yang sedemikian rupa, hal tersebut tidak akan banyak membantu. Untuk beberapa saat mungkin akan membantu kita untuk fokus tetapi dengan berlalunya waktu maka ”semangat” tersebut pun akan pudar. Motivasi ekstrinsik dapat mempengaruhi kita untuk melakukan perubahan namun tidak bisa membuat perubahan bagi kita. Artinya kita tetap akan ”sulit” melakukan perubahan dengan motivasi yang sifatnya berasal dari luar. Dengan kata lain motivasi ektrinsik hanya bersifat sementara. Mungkin kita akan betanya-tanya, Mengapa motivasi intrinsik tidak dapat bertahan lama?

Hal sangat berhubungan dengan sistem kerja pikiran dan program bawah sadar. Motivasi yang datang dari luar tidak sesuai dengan kerja pikiran program bawah sadar karena pada saat melakukan motivasi ektrinsik kita berada dalam keadaan sadar. Motivasi eksternal membuat kita berpikir, dan ini adalah kerja pikiran sadar, bahwa kita dapat melakukan apa saja untuk mencapai semua impian hidup kita. Namun program pikiran, yang mempengaruhi 90% kemampuan berpikir kita, berkata lain, "Ah.... goal itu nggak masuk akal. Saya nggak mungkin bisa mencapainya. Saya sudah gagal berulang kali. Latar belakang saya berbeda dengan si pembicara. Saya punya banyak masalah dan hambatan. Saya nggak bisa ini.... nggak bisa itu... Tentu saya akan sangat sulit berhasil."
Mengapa demikian karena jika kita memberikan ”perintah” pada saat kondisi sadar dan tentu saja ”perintah” itu berbeda dengan apa yang sudah lama mendekam lama di program pikiran kita maka secara ”otomatis” program pikiran kita akan meng-counter dan membuang ”perintah” yang berlawanan dan tidak sesuai dengan program yang sudah ada sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan motivasi yang kita dapat melalui seminar-seminar motivasi dan lainnya hanya bersifat sementara dan cepat menghilang tak berbekas.

Jadi, bagaimana caranya agar motivasi yang kita miliki bisa tetap bertahan?
Untuk berubah dan mencapai sukses kita harus mempunyai motivasi yang tumbuh dari dalam (intrinsik). Empowerment atau peningkatan diri bukanlah hasil dari proses kerja pikiran sadar. Empowerment adalah suatu pengalaman pribadi yang kita alami karena pikiran bawah sadar berhasil mencapai goal dan kemudian pengalaman ini naik ke level pikiran sadar dalam bentuk perasaan "in control" terhadap hidup kita.
Inti perubahan adalah kita harus mengganti program-program negatip yang ada di pikiran bawah sadar kita dengan program yang positip. Saat kita termotivasi untuk berubah kita memutuskan untuk meng-uninstall program negatip. Namun kita tidak diajarkan, di seminar motivasi itu, bagaimana cara untuk meng-install program positip.

Mengapa kita perlu mengganti program negatip dengan yang positip?Karena program mental yang ada di pikiran bawah sadar adalah program lama – program yang akan menolak setiap informasi yang tidak sejalan dengan informasi yang telah tersimpan sebelumnya. Sesuai dengan cara kerja pikiran, semakin lama suatu program "menetap' di pikiran bawah sadar maka semakin kuat program itu. Salah satu hukum penting yangberhubungan dengan pikiran yaitu bila terjadi konflik antara pikiran sadar danpikiran bawah sadar maka yang menang adalah pikiran bawah sadar.

Satu hal yang luar biasa mengenai program ini adalah bahwa setiap program bertindak seperti mahluk hidup yang mempunyai kehidupan sendiri. Saat kita akan mengganti program lama dengan yang baru, program lama ini akan melawan dengan segala cara untuk bisa bertahan "hidup". Itulah sebabnya mengapa orang biasanya sulit untuk melakukan perubahan.

Seorang pakar di bidang pikiran, yang bukunya baru-baru ini saya
baca, malah mengatakan bahwa pikiran bawah sadar bekerja mirip dengan suatu jaringan komputer (network) yang terdiri dari sangat banyak komputer (baca: proses berpikir/program). Setiap komputer ini ada yang saling berbagai resource dan ada yang menutup diri tidak mau berbagi resource. Setiap komputer ini saling mempengaruhi.

Setelah membaca sejauh ini saya yakin anda pasti akan bertanya, "Bagaimana melakukan pemrograman ulang pikiran bawah sadar?" Sebenarnya mudah. Caranya sama dengan, namun sudah tentu tidak sesederhana, memprogram ulang komputer.
Sebuah komputer menerima input dan mengeluarkan output. Untuk mengubah output, kita mesti mengubah input atau mengubah program. Prinsip ini berlaku untuk pikiran bawah sadar. Kalau kita hanya mengubah input maka kualitas output dibatasi oleh program yang digunakan. Jika programnya buruk maka meskipun input diubah maka
output tetap tidak bisa maksimal. Saat kita mencoba mengubah suatu pola perilaku atau cara berpikir dengan hanya mengubah input tanpa mengubah program yang ada di bawah sadar maka cepat atau lambat program lama ini akan memicu ulang pola perilaku dan cara berpikir yang lama. Dalam hidup, sering kali lebih mudah bagi kita untuk mengubah program dari pada mengubah input secara permanen.

Ada lima cara untuk masuk ke pikiran bawah sadar yaitu repetisi, identifikasi kelompok/keluarga, informasi yang disampaikan oleh figur yang dipandang mempunyai otoritas, emosi yang intens, dan hipnosis. Kita bisa menggunakan satu cara saja atau kombinasi dari beberapa cara sekaligus. Begitu kita dapat masuk ke pikiran bawah sadar maka akan sangat mudah untuk melakukan perubahan atau modifikasi program.
Pemrograman ulang bawah sadar ada banyak cara. Yang pertama adalah dengan mengubah self-talk kita. Cara lain adalah dengan visualisasi kreatif, kisah sukses, simbol sukses, dan self-hypnosis. Yang lebih rumit adalah dengan bantuan seorang hipnoterapis yang berpengalaman.

Pembicara motivasi yang lihai adalah pembicara yang mampu menimbulkan motivasi intrinsik dalam diri audiensnya dan mengajarkan cara mempertahankan motivasi itu, setelah audiens pulang ke rumah dan menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan. Jika audiens tidak diajarkan cara memelihara dan mempertahankan motivasinya maka motivasi itu pasti gembos dengan sendirinya. Hal itulah yang ingin saya ungkapkan dalam inspirational motivation. Bagaimana kita bisa memiliki motivasi yang tumbuh dari dalam diri melalui inspirasi dan pemahaman hidup yang kita jalani sehari-hari. Dengan adanya inspirasi ini diharapkan akan menggugah sampai ke alam bawah sadar kita sehingga kita sadar dengan keberadaan motivasi ini dan senantiasa menjaganya dan mempertahankannya sehingga setahap demi setahap kita bisa melakukan perubahan diri dan mencapai semua impian kita.

Sebagaimana yang dikatakan Covey di atas “Find your inner voices and inspire other to find theirs”. Marilah kita temukan motivasi dari dalam diri kita masing-masing dan bergerak menuju perubahan. Setelah kita berhasil menemukan apa yang menjadi tujuan kita bantulah dan sebarkanlah kepada orang di sekitar kita untuk mendapatkan dan mencari inspirasi dalam dirinya dengan demikian perubahan tersebut akan terus berjalan dan melangkah ke depan tanpa henti. Itulah The Inspirational Motivation.

EKO WAHYUDI PUTRA CHT MCH