SELAMAT DATANG...

Selamat datang di blog pribadi saya...

Rabu, 01 April 2009

MELIHAT DARI “KACA MATA” YANG LAIN

Beberapa waktu yang lalu saya mengisi acara di sebuah training pengkaderan dari suatu organisasi kemahasiswaan yang saya ikut aktif di dalamnya. Untuk memancing reaksi dari peserta agar dapat lebih terfokus pada materi yang akan disampaikan iseng-iseng saya memberikan sebuah ”ice breaker” . hal ini biasa kami lakukan manakala para peserta sudah mulai tidak fokus diakibatkan karena kelelahan, mengantuk, rasa bosan yang bersangatan dan karena alasan yang lain lagi.

Pada saat itu saya memegang sehelai kertas putih kosong yang bagian tengahnya saya beri tanda titik dengan spidol hitam agar dapat kelihatan. Lalu saya meminta reaksi dari para peserta yang berjumlah kurang lebih 20 orang untuk memberikan tanggapan dan pendapatnya tentang kertas putih yang saya pegang tersebut. Bermacam-macam tenggapan diberikan oleh para peserta. Ada yang memberikan jawaban serius tetapi tidak sedikit juga yang jawabannya melantur alias ”asbun” , asal bunyi saja. Tetapi yang penting adalah para peserta dapat kembali ke fokusnya, itulah jawaban saya menanggapi dari reaksi para peserta.

Beberapa hal yang menarik dari jawaban peserta yang ”serius” tentang ice breaker yang saya berikan adalah bahwa hampir sebagian besar mengatakan kalau kertas yagn saya pegang itu adalah setitik noda hitam di atas kertas yang putih plus dengan berbagai macam filosofi dari mereka.

Lalu apa ada yang salah dengan jawaban yang mereka berikan? Jawabannya adalah tidak. Selain untuk memancing reaksi dari para peserta agar dapat lebih fokus tujuan lain dari saya memberikan ice breaker itu adalah untuk melihat pola pikir dan sudut pandang peserta mengenai suatu masalah. Dan ternyata jawaban yang diberikan adalah relatif sama yaitu setitik hitam di atas kertas putih. lalu pertannyaan saya mengapa kita jarang atau bahkan tidak pernah memandang sesuatu dari dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, mengapa kita tidak katakan berjuta kumpulan titik putih dengan satu titik hitam. Mengapa saya katakan berjuta kumpulan titik putih karena pada dasarnya satu bidang warna pada suatu media (kertas misalnya) merupakan suatu kumpulan dari titik-titik putih yang saling merapat dan bersatu. Yang menjadi masalahnya adalah mengapa fokus kita lebih pada satu titik hitam yang kalau bisa dibilang tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah titik putihnya yang lebih banyak jumlah.

Pembaca sekalian. Mengapa saya membicarakan tentang masalah ini. Hal ini saya angkat dalam tema saya kali ini adalah karena hal tersebut banyak dan sering terjadi dalam kehidupan kita. Dan secara tidak sadar dalam menilai sesuatu misalnya apakah yang banyak atau sering kita lihat sisi kebaikannya atau malah sisi keburukannya? Sering kali kita memandang atau menilai seseorang lebih banyak berdasarkan kepada sisi gelapnya padahal bisa jadi mereka-mereka yang kita anggap buruk juga mempunyai sisi baik yang tidak kalah banyaknya. Seseorang yang selama ini kita kenal baik lalu tiba-tiba karena sesuatu hal melakukan sebuah kesalahan yang tidak hanya merugikan dirinya tetapi juga orang lain maka akan ”hilanglah” semua kebaikannya yang telah dibuatnya. Lalu kalau mereka bersalah apa tidak perlu dihukum dan harus dibebaskan karena kebaikan-kebaikan yang telah dibuatnya? Tidak demikian. Siapa yang bersalah dan melanggar batas-batas norma yang tetap harus dihukum sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya. Sudah cukup disitu saja. Jangan kita terlalu mempermasalahkannya ke depannya. Pada umumnya orang yang telah di cap bersalah oleh masyarakat dan setelah mengalami masa hukumannya maka tetap akan dianggap ”bersalah selamanya”. Hal secara psikologis akan membuat orang tersebut akan semakin sulit untuk ”berubah” ke arah yang lebih baik dan bisa jadi ia malah menjadi orang yang lebih buruk dan ”bersalah selamanya” karena tindakan dan pola pikir masyarakat yang membentuknya sedemikian rupa.

Pembaca yang budiman. Mengapa kita jarang atau enggan untuk ”menerima” atau memaafkan orang yang bersalah terutama kepada kita baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pernahkah kita menempatkan posisi kita di tempanya berada? Kalau kita berganti posisi dengannya apakah yang akan kita lakukan? Mengapa kita jarang atau tidak pernah mungkin mencoba untuk memandang dari sudut pandang yang berbeda mengenai suatu masalah dan mengenai seseorang.? Akan banyak sekali perbedaan yang kita rasakan ketika kita bena-benar berusaha untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Kita akan menemukan pengetahuan dan pemahaman baru yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan belajar untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda kita tentang suatu akan banyak dapat keuntungan yang bisa diperoleh antara lain kita akan menjadi pribadi yang lebih bersabar, pemaaf , tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu karena dilakukan dengan penuh ketenangan dan pemikiran yang matang dan mendalam. Selain itu keuntungan dan kebahagiaan terbesar yang bisa kita dapatkan adalah berupa ketentraman dan kelapangan hati dan jiwa karena kita telah mampu untuk ”menerima” dan mengikhlaskan semua yang terjadi.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dapat memahami sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ada banyak yang harus kita cermati dan kita pelajari. Tetapi dengan niat yang benar dan usaha yang sungguh-sungguh tidak ada yang tidak bisa dilakukan.

Eko wahyudi putra Cht MCH

0 komentar: